Sabtu 06 Agustus 2022, 10:39 WIB. Kredit Foto: IST. Warta Ekonomi, Jakarta -. Petrokimia Gresik, perusahaan Solusi Agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia kembali meluncurkan tiga pupuk baru untuk pertanian Indonesia, yaitu Petro ZA Plus, Phosgreen, dan pupuk organik Petroganik Premium. Peluncuran ditandai dengan penandatangan ketiga Komposisipupuk N yang paling baik untuk menghasilkan umbi bawang merah konsumsi adalah 1/3 N (Urea) + 2/3 N (Urea+ZA). Sumber pupuk K yang paling baik adalah KCI atau K 2 MgSO 4 (Kamas). Untuk mencegah kemungkinan terjadinya kekurangan unsur mikro, dapat digunakan pupuk pelengkap cair yang mengandung unsur mikro. pupukke 2 menggunakan phonska plus untuk bawang merah usia 10 hari Group petani bawang di wa081515748880 . Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui “pengaruh pemberian ekoenzim terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah Allium cepa L.. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok RAK Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah konsentrasi ekonzim E dengan 3 taraf perlakuan, yaitu Eo = Tanpa perlakuan kontrol, E1 = 5ml / liter air dan E2 =10 ml / liter air. Faktor kedua adalah pemberian Pupuk Phonska F dengan 3 taraf yaitu FO­ = Tanpa perlakuan kontrol, F1 = 15 g/plot, F2 = 30 g/plot. Data dianalisis dengan uji sidik ragam dan uji Duncan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pemberian ekoenzim hingga konsentrasi 10 ml/air berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, jumlah anakan, panjang daun, bobot umbi per sampel, bobot umbi per plot, akan tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Pemberian pupuk phonska dengan dosis 30 g/plot berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, panjang daun, bobot umbi per sampel dan bobot umbi per plot. Interaksi pemberian ekoenzim dan pupuk phonska berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the has not been able to resolve any citations for this Bawang Merah, Bawang Teknis Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman SayurN SumarniA HidayatSumarni, N dan A. Hidayat, 2005. Panduan Teknis Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayur . Sunarjo dan Soedomo, Bawang Baru, Bawang Merah, Bawang Putih, dan Bawang Bombay. Penebar SwadayaWibowoWibowo, Bawang Merah, Bawang Putih, dan Bawang Bombay. Penebar p>Efektivitas pengelolaan pupuk organik, NPK, dan pupuk hayati pada budidaya bawang merah telah diteliti pada tanah Alluvial lahan bekas sawah, di Cirebon-Jawa Barat. Tujuannya untuk menetapkan dosis pupuk organik, pupuk NPK, dan pupuk hayati yang efektif untuk peningkatan hasil bawang merah, serta dapat menurunkan besaran emisi GRK CO. Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai Agustus 2014 menggunakan rancangan petak terpisah dan diulang sebanyak tiga kali. Petak utama adalah dua varietas bawang merah A, terdiri atas a1= varietas Bima dan a2= varietas Mentes. Anak petak adalah pengelolaan pupuk B, meliputi b1= 1 dosis NPK rekomendasi, b2= 1 dosis NPK rekomendasi + 100 kg/ha NPK Mutiara, b3= 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik, b4= 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik + pupuk hayati Biotricho, b5= ½ dosis NPK rekomendasi + pupuk organik, dan b6= ½ dosis NPK rekomendasi + pupuk organik + pupuk hayati. Hasilnya menunjukkan tidak terjadi interaksi antara varietas dan pengelolaan pupuk tersebut terhadap pertumbuhan, serapan hara NPK, dan hasil umbi bawang merah pada tanah Bima menghasilkan pertumbuhan, serapan hara NPK, dan hasil umbi bawang merah yang lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan varietas Mentes. Pengurangan dosis pupuk NPK sampai 50% rekomendasi dengan disertai pemberian pupuk organik/pupuk hayati tidak mengurangi pertumbuhan tanaman, serapan hara NPK, dan hasil umbi bawang merah pada tanah Alluvial. Kombinasi perlakuan varietas Bima dengan pemberian NPK dosis rekomendasi + pupuk organik Petroganik menghasilkan bobot umbi segar paling tinggi setara 29,20 t/ha, sedangkan hasil bobot umbi kering bawang merah paling tinggi setara 14,62 t/ha diperoleh pada varietas Bima dengan pemberian NPK ½ dosis rekomendasi + pupuk organik Petroganik yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan mampu menurunkan besaran fluks CO2> 25 % selama perkembangan tanaman di lapangan. Implikasi dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan organik dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik NPK yang sejalan dengan prinsip pertanian berkelanjutan tanpa mengurangi produktivitas hasil bawang merah. 25 % selama perkembangan tanaman di lapangan. Implikasi dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan organik dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik NPK yang sejalan dengan prinsip pertanian berkelanjutan tanpa mengurangi produktivitas hasil bawang Allium ascalonicum; NPK; Pupuk organik; Pupuk hayati; Serapan hara; HasilABSTRACT. The effectiveness of organic fertilizers, NPK, and biofertilizers managements on shallots cultivation have been studied in the former rice eld Alluvial soil, at Cirebon, West Java. The aimed was to establish the application among of organic fertilizer, NPK, and biofertilizers which was effective for increasing growth and yields of shallots, as well as the reducing amount of greenhouse gas emissions CO2. The study was conducted from April to August 2014 by using a split-plot design and repeated three times. The main plot was two varieties of shallots A, which consisted of a1 = Bima varieties and a2 = Mentes varieties. The subplots consisted of fertilizers managements B, included of b1 = 1 dose of NPK recommendations, b2 = 1 dose of NPK + 100 kg / ha of NPK Mutiara , b3 = 1 dose of NPK + organic fertilizer, b4 = 1 dose of NPK + organic fertilizer + biofertilizer Biotricho , b5 = ½ dose of NPK + organic fertilizer, and b6 = ½ dose of NPK + organic fertilizer + biofertilizer Biotricho. The results showed no interaction between varieties and fertilizer management on growth, NPK nutrient uptake, and yield of shallots bulbs on Alluvial soil. Bima varieties produced growth, NPK nutrients uptake and yield of shallots bulbs higher than the Mentes varieties. The reduction dose of 50% NPK fertilizer and applied with the organic fertilizer and/or biofertilizer did not reduce plant growth, NPK uptake, and yield of shallots bulbs in Alluvial soil. Bima varieties in combination with the treatment of NPK + organic fertilizer Petroganic produced the highest weight of fresh bulbs equivalent to t/ha. While the highest dry weight of shallots bulbs equivalent to t/ha was achieved in the combination of Bima varieties with ½ dose of NPK + organic fertilizer Petroganic, and also could reduce the amount of CO2 ux > 25 % during plant development in eld. The implications of this study indicated the applied of organic fertilizer could reduce the dose of inorganic fertilizers NPK which is in line with the principles of sustainable agriculture without decreasing productivity of Allium ascalonicum; NPK; Organic fertilizer; Biofertilizer; Nutrients uptake; Shallots yieldSistem usahatani bawang merah konvensional dengan menggunakan input pupuk kimia sintetik pupuk buatan dalam takaran tinggi dapat meningkatkan hasil panen bawang merah, namun menimbulkan masalah seperti terjadinya pengerasan lahan, pengurasan unsur hara mikro, pencemaran air tanah, dan berkembangnya hama dan penyakit tertentu, dan akhirnya berdampak menurunnya produktivitas lahan dan tanaman bawang merah. Penggunaan pupuk buatan dalam takaran tinggi secara terus menerus merupakan cara pengelolaan pupuk yang tidak ramah lingkungan dan tidak berkelanjutan Reijntjes et al. 1999, Narkhede et al. 2011. Pemanfaatan pupuk organik, alami, dan hayati merupakan salah satu metode alternatif dalam mengatasi masalah degradasi lahan sebagai akibat budidaya intensif pada bawang merah. Sampai saat ini penelitian mengenai pemanfaatan pupuk organik pada 209Suwandi et al. Efektivitas Pengelolaan Pupuk Organik, NPK, dan Pupuk Hayati ...tanaman bawang merah masih terbatas. Beberapa pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos, dan pupuk hijau belum sepenuhnya dimanfaatkan petani untuk meningkatkan kesuburan tanah Sukristiyonubowo et al. 1993, Subowo et al. 1990. Seluruh sistem pemanfaatan pupuk organik mempunyai tujuan untuk meningkatkan hasil dan mutu sayuran, meningkatkan kesuburan tanah, mengurangi input bahan kimia, bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan Subhan et al. 1998, Santosa et al. 1999. Berdasarkan hasil salah satu focus group discussion FGD bersama petani bawang merah diketahui bahwa salah satu kendala aplikasi pupuk tersebut pada budidaya bawang merah di dataran rendah adalah keengganan petani bawang merah untuk menggunakan bahan organik seperti pupuk kandang karena pengaruh dari pupuk organik dirasakan sangat lambat, sedangkan petani mayoritas adalah petani penyewa yang sering berpindah tempat sehingga petani berpikir aplikasi pupuk organik tidak bermanfaat bagi dirinya namun hanya akan menguntungkan petani lain yang menyewa setelah dirinya Liferdi et al. 2013. Oleh karena itu, aplikasi pemberian pupuk organik diarahkan pada penggunaan pupuk organik cair POC yang diharapkan dapat memberikan pengaruh yang baik secara cepat dan langsung terhadap pertumbuhan dan hasil bawang pupuk hayati yang mengandung mikrob berguna dapat mempercepat proses dekomposisi dan kelarutan hara asal bahan organik. Dalam proses pengomposan terjadi dekomposisi oleh mikrob mengubah nutrisi tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman Leithold 1996, Murbandono 1998.Penggunan pupuk organik dan pupuk hayati selain dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, hasil, dan kualitas hasil tanaman Ghoname & Shafeek 2005, Reyes et al. 2008, Malgorzata & Georgios 2008, juga dapat mengurangi penggunaan pupuk NPK Rosliani et al. 2004, Widawati et al. 2010, Suliasih et al. 2010.Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan penggunaan mikrob berguna asal isolat Trichoderma sp. sebagai salah satu agens hayati yang mampu merangsang perkembangan akar pada tanaman inang yang ditumpanginya. Aplikasi Trichoderma sp. dengan konsentrasi 1010 spora/g media dan aplikasi 500 kg/ha pupuk NPK 15-15-15 dapat meningkatkan hasil panen bawang merah sebesar 22,64% pada tanah Andisol Subhan et al. 2012. Kombinasi pemupukan NPK pada level 200 kg N/ha, 135 kg P2O5/ha, dan 150 kg K2O/ha serta pemberian POC pada tanah dapat meningkatkan bobot komponen hasil bawang merah. Akan tetapi kombinasi pemberian Trichoderma sp. dengan POC tersebut belum jelas pengaruhnya pada komponen hasil bawang merah Suwandi et al. 2012. Aplikasi pupuk 200 kg/ha Urea dan 200 kg/ha ZA pada tanah Andisol meningkatkan bobot umbi kering bawang merah sebesar 22,6%, sedangkan untuk tanah Alluvial Brebes, pemupukan nitrogen mampu meningkatkan bobot kering umbi bawang merah berkisar 29,3–49,3% Suwandi et al. 2012. Faktor lain yang menentukan hasil bawang merah adalah faktor genetik varietas. Terdapat interaksi yang nyata antara varietas dan dosis pemupukan NPK terhadap hasil sayuran umbi Ghaffor et al. 2003. Selanjutnya kajian aspek lain menunjukkan bahwa, aplikasi pupuk organik dalam bentuk POC di tanah Alluvial Cirebon mampu mengurangi tingkat emisi GRK pada pertumbuhan bawang maksimum 35 hari setelah tanam HST dan setelah panen bawang dengan penurunan emisi CO2 mencapai sekitar 20%. Peningkatan proporsi pemupukan nitrogen dalam bentuk pupuk ZA memberikan kecenderungan pada penurunan emisi gas CO2 pada setiap fase pertumbuhan tanaman bawang merah di lapangan dengan pengurangan emisi CO2 mencapai 57,4% Suwandi et al. 2012. Penurunan emisi CO2 menjadi penting terkait dengan isu pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca GRK. Emisi GRK sendiri dihasilkan dari alam dan berbagai kegiatan pembangunan terutama dari kegiatan di bidang kehutanan, lahan gambut, limbah, pertanian, transportasi, industri, dan energi. Penurunan emisi CO2 akan mengurangi emisi GRK sehingga dampak negatif dari GRK dapat bertujuan menetapkan dosis pupuk organik, pupuk hayati, dan pupuk NPK berimbang sesuai kebutuhan tanaman untuk peningkatan produksi bawang merah > 15% dari rerata nasional sebesar 9,54 t/ha Pusdatin 2012 dan penurunan emisi GRK CO2 pada dua varietas bawang merah asal umbi. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah kombinasi varietas dengan pupuk NPK, organik, dan hayati yang paling sesuai akan menghasilkan pertumbuhan dan hasil umbi bawang merah yang tinggi serta mampu mengurangi besaran emisi GRK CO2 DAN METODEWaktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai Agustus 2014 di lahan petani di sentra produksi bawang merah dataran rendah Cirebon Jawa Barat dengan jenis tanah Alluvial. Rancangan percobaan menggunakan rancangan petak terpisah, dengan tiga ulangan. Petak utama adalah varietas bawang merah A, terdiri atas a1 = varietas Bima dan a2 = varietas Mentes. Anak petak adalah pengelolaan hara B, terdiri atas b1 = 1 dosis 210J. Hort. Vol. 25 No. 3, September 2015 208-221NPK rekomendasi, b2 = 1 dosis NPK rekomendasi + 100 kg/ha NPK Mutiara, b3 = 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik, b4 = 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik+ pupuk hayati Biotricho, b5 =½ dosis NPK rekomendasi + pupuk organik, dan b6= ½ dosis NPK rekomendasi + pupuk organik + pupuk hayati. Pupuk NPK rekomendasi yang digunakan adalah pupuk NPK 15-15-15 Phonska dengan dosis 500 kg/ha. Pupuk organik yang digunakan adalah kompos Petroganik C-organik 12,5%, C/N ratio 10–25, pH 4–8, kadar air 4–12% dengan dosis 2,5 t/ha. Jenis pupuk hayati yang digunakan adalah Biotricho yang terdiri atas beberapa jenis isolat Trichoderma yang diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya Suwandi et al. 2013. Pupuk hayati Biotricho dosis 10 kg/ha mengandung biakan Trichoderma sp. 2 x 1010 spora/g media, sedangkan ekstrak C-organik 50 cc/l diperoleh dari hasil ekstraksi pupuk kandang dan tepung batubara dengan larutan KOH 10% menghasilkan kandungan C-organik dalam larutan POC mencapai ≥ 5% Suwandi et al. 2012. Luas satuan petak percobaan yang digunakan adalah 1,5 m x 6 m = 9,0 m2. Cara budidaya tanaman dilakukan sesuai standard budidaya bawang merah hasil penelitian Balitsa, meliputi cara pemeliharaan tanaman, teknik aplikasi pupuk dan pengendalian hama dan penyakit tanaman Parameter yang diamati meliputi 1. Analisis kimia tanah sebelum dan setelah percobaan C-organik, N-total, C/N, pH, P, dan K. Penetapan kandungan C-organik tanah metode Kurmies, N-total dengan Kjedahl, pH dengan pH elektrometrik, P dengan Bray 1, dan K dengan Morgan Venema pH 4, Pertumbuhan tanaman tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, dan bobot kering tanaman pada umur 2, 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam MST. Tinggi tanaman diukur dengan meteran dari permukaan tanah sampai titik tumbuh tertinggi. Jumlah daun dan jumlah bunga, dihitung banyaknya daun dan banyaknya anakan per rumpun tanaman. Bobot kering tanaman diukur dengan cara mengeringkan seluruh organ tanaman dalam oven 65oC selama beberapa hari sampai mencapai bobot kering Analisis tanaman serapan NPK. Serapan hara N, P, dan K, yaitu konsentrasi N, P, dan K dalam tanaman x bobot kering tanaman. Konsentrasi N, P, dan K dalam tanaman ditetapkan dengan cara melarutkan ± 250 mg bahan kering tanaman yang ditumbuk dalam H2SO4 dan selanjutnya dioksidasi dengan H2O2. Pengukuran konsentrasi N, P, dan K dilakukan dengan metode Kjedahl, spektrofotometrik, dan  Hasil bawang merah, yaitu bobot umbi segar saat panen dan bobot umbi kering eskip 2 minggu setelah panen dijemur dengan sinar matahari tidak langsung.5. Pengukuran GRK menggunakan IRGA khususnya untuk emisi CO2 pada setiap perlakuan menggunakan tipe VISSALLA, dimana Fluks CO2 dihitung berdasarkan rumusFluks CO2 = p x V/A x Delta CO2/T x 273/T x Alfa mg CO2/m2/jamdimanap = Bobot jenis CO2 1,96 x 106 mg C/m3V = Volume of chamber m3 = 0,0095 m3 V/A = 0,238A = Luas dasar chamber m2 = 0,0398 m2dC/dT = Perubahan konsentrasi CO2 m3/ = t- Absolut o K, t -minimum lapanganAlfa = Koef. konversi CO2 – C = 12/44 = 0,2736. Intensitas serangan hama dan penyakit, dihitung dengan rumus dimana I = Intensitas serangan % n = Jumlah tanaman yang memiliki nilai skor yang sama v = Nilai skor tiap kategori serangan N = Jumlah tanaman yang diamati Z = Nilai skor tertinggi. Nilai skor untuk serangan hama, adalah 0 = Tidak ada serangan1 = Kerusakan tanaman > 0 – ≤ 25%, 3 = kerusakan tanaman > 25 – ≤ 25 – 50%, 5 = kerusakan tanaman > 50 – ≤ 50 –75%, dan 7 = kerusakan tanaman > 75%.Data-data pengamatan dianalisis dengan uji F, sedangkan perbedaan antara perlakuan dianalisis dengan uji Duncan pada taraf nyata 5%.HASIL DAN PEMBAHASANPertumbuhan TanamanTidak terjadi interaksi yang nyata antara varietas dan pengelolaan hara terhadap semua komponen pertumbuhan tanaman tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, dan bobot kering tanaman bawang n x vN x ZI = x 100% 211Suwandi et al. Efektivitas Pengelolaan Pupuk Organik, NPK, dan Pupuk Hayati ...merah. Dari hasil pengamatan visual keragaan varietas Mentes menunjukkan performa pertumbuhan yang kurang baik dibandingkan dengan varietas 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman bawang merah dipengaruhi secara nyata oleh varietas. Varietas Bima a1 mempunyai tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Mentes a2. Pertumbuhan tinggi tanaman juga dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan pengelolaan hara. Tinggi tanaman pada umur 8 MST paling tinggi diperoleh dengan pemberian 1 dosis NPK rekomendasi + 100 kg/ha NPK Mutiara b3 dan pemberian 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik + pupuk hayati b4, yang beda nyata bila dibandingkan pengelolaan hara lainnya Tabel 1. Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan pupuk NPK Mutiara dan pupuk organik + pupuk hayati dapat merangsang pertumbuhan tinggi tanaman bawang merah. Kondisi tersebut tampak berkaitan dengan ciri tanah percobaan yang memiliki kandungan N dan C-organik yang rendah sehingga nyata memerlukan penambahan pupuk terutama N yang cukup untuk pertumbuhan tinggi tanaman bawang merah. Tabel 1. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap tinggi tanaman bawang merah Effect of varieties and nutrient managements on plant height of shallotsPerlakuan TreatmentsUmur tanaman Plant ages, MST WAP 2 4 6 8Bima = a1 Mentes = a230,17 a22,18 b33,28 a24,30 b36,17 a26,44 b38,77 a28,53 b1 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b625,45 b24,93 b27,58 a27,58 a25,00 b26,00 ab27,95 b28,23 b30,03 a30,18 a27,90 b28,43 ab30,70 b30,92 b32,45 a32,57 a30,42 b31,40 ab32,45 b33,12 b35,20 a34,95 a32,68 b33,50 bKK CV, % 5,26 4,53 4,03 3,11Angka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT Values at column followed the same letter are not signicant different at 5% DMRTMST = Minggu setelah tanamWAP = Week after plantingTabel 2. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap jumlah anakan tanaman bawang merah Effects of varieties and nutrients managements on splits number of shallotsPerlakuan TreatmentsUmur tanaman Plant ages, MST WAP2 4 6 8Bima = a1 Mentes = a25,91 a6,91 b6,75 b7,52 a6,94 b7,67 a7,27 b7,81 a1 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b66,25 a6,62 a6,57 a6,42 a6,33 a6,28 a7,05 a7,22 a7,18 a7,18 a7,10 a7,07 a7,12 a7,47 a7,45 a7,38 a7,27 a7,15 a7,42 a7,63 a7,67 a7,58 a7,48 a7,48 aKK CV, % 6,94 5,44 5,51 3,98Angka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT Values at column followed the same letter are not signicant different at 5% DMRT 212J. Hort. Vol. 25 No. 3, September 2015 208-221Tabel 3. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap jumlah daun tanaman bawang merah Effects of varieties and nutrient managements on leaf number of shallots Perlakuan TreatmentsJumlah daun Leaf number, MST WAP2 4 6 8Bima = a1 Mentes = a217,89 tn19,71 21,59 tn22,0423,98 tn24,7225,64 tn20,061 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b618,90 tn19,2319,4718,8718,2318,1321,33 tn21,9322,6727,7721,2021,0024,07 tn24,6725,3224,4723,8323,7525,43 tn26,5726,3726,1325,3025,30KK CV, % 8,03 7,40 6,02 5,39tn = tidak nyata not signicantAngka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT Values at column followed the same letter are not signicant different at 5% DMRTTabel 4. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap bobot kering tanaman bawang merah Effects of varieties and nutrient managements on plant dry weight of shallotsPerlakuan TreatmentsBobot kering tanaman Plant dry weight, g/tanaman g/plantDaun Leaf Akar+umbi Root+bulb TotalBima = a1 Mentes = a22,83 tn2,134,97 a2,87 b7,80 a5,00 b1 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b62,16 tn2,792,642,372,412,424,13 tn4,253,923,833,793,616,20 tn7,056,566,276,196,11KK CV, % 15,35 23,32 16,10tn = tidak nyata not signicantAngka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT Values at column followed the same letter are not signicant different at 5% DMRTPada Tabel 2 tampak bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan tanaman bawang merah. Varietas Mentes menghasilkan jumlah anakan lebih banyak dibandingkan varietas Bima Tabel 2. Perbedaan pengelolaan hara tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan tanaman bawang merah Tabel 2. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Suwandi & Rosliani 2004, Asandhi et al. 2005, Gunadi 2009, Napitupulu & Winarto 2010 bahwa pemberian pupuk organik ataupun pupuk N, P, dan K tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan tanaman bawang merah. Respons jumlah anakan tanaman bawang merah tampaknya lebih banyak ditentukan oleh faktor genetik perbedaan varietas dibandingkan pengaruh faktor pemupukan atau pengelolaan lingkungan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun Tabel 3 dan bobot kering daun Tabel 4, namun berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar + umbi dan bobot kering tanaman total Tabel 4. Bobot kering tanaman total varietas Bima lebih tinggi dibandingkan varietas Mentes. Tabel 3 dan 4 menunjukkan bahwa pengelolaan hara tidak berpengaruh nyata, baik terhadap jumlah daun maupun terhadap bobot kering tanaman bawang merah. 213Suwandi et al. Efektivitas Pengelolaan Pupuk Organik, NPK, dan Pupuk Hayati ...Tampak bahwa pemberian 1 dosis NPK rekomendasi + NPK Mutiara b2, 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik b3, dan 1 dosis NPK + pupuk organik + pupuk hayati b4 menghasilkan jumlah daun dan jumlah bobot kering tanaman total yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pengelolaan hara lainnya, meskipun tidak berbeda nyata Tabel 3 dan 4. Data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ½ dosis NPK rekomendasi + pupuk organik b5 dan pemberian ½ dosis NPK rekomendasi + pupuk organik + pupuk hayati b6 cukup prospektif dan baik untuk pertumbuhan tanaman bawang merah, karena tidak berbeda nyata menghasilkan bobot kering tanaman hasil fotosintesis dengan perlakuan satu dosis NPK rekomendasi. Hal yang serupa juga didapatkan oleh Rosliani et al. 2004, Widawati et al. 2010, dan Suliasih et al. 2010 bahwa penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati selain dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman, juga dapat mengurangi penggunaan pupuk inorganik NPK.Serapan Hara NPK Tanaman Serapan hara N, P, dan K tanaman bawang merah tidak dipengaruhi secara nyata oleh interaksi antara varietas dan pengelolaan hara. Pada Tabel 5, 6, dan 7 tampak bahwa perbedaan varietas tidak berpengaruh terhadap serapan hara N, P, dan K pada daun bagian atas tanaman, tetapi nyata berpengaruh terhadap serapan hara N, P, dan K pada bagian bawah tanaman akar + umbi dan serapan hara N, P, dan K total bagian atas dan bawah tanaman. Besarnya serapan hara tersebut, erat hubungannya dengan tingginya hasil bobot kering akar + umbi dibandingkan dengan bobot kering bagian atas tanaman atau daun Tabel 4. Kondisi tersebut juga mengindikasikan bahwa sebagian besar hasil fotosintesis telah banyak diakumulasikan pada umbi bawang daripada daun, saat tanaman mencapai umur 45 hari setelah tanam HST. Varietas Bima menyerap hara N, P, dan K lebih banyak dibandingkan varietas Mentes Tabel 5, 6, dan 7.Perbedaan perlakuan pemupukan berpengaruh nyata terhadap serapan hara N daun dan serapan N total tanaman bawang merah, tetapi tidak berpengaruh terhadap serapan N pada akar + umbi. Serapan hara N tertinggi pada daun terdapat pada pemberian 1 dosis NPK rekomendasi + NPK Mutiara b2 yang beda nyata dengan pemberian 1 dosis NPK saja b1, namun tidak beda nyata dengan pemberian 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik b3 Tabel 5. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan 100 kg/ha NPK Mutiara dan pupuk organik dapat meningkatkan serapan hara N terutama pada daun. Hara N terlibat langsung dalam pembentukan asam amino, protein, asam nukleat, enzim, nucleoprotein, dan alkaloid, yang sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan tanaman, terutama perkembangan daun, meningkatkan warna hijau daun, serta pembentukan cabang atau anakan Nasreen et al. 2007, Abdissa et al. 2011.Kekurangan hara N dapat membatasi pembelahan dan pembesaran sel Sumiati & Gunawan 2007 serta pembentukan klorol sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan daunnya kekuningan Nurhayati et al. 1986. Tanah Alluvial sebelum percobaan Tabel 5. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap serapan hara N tanaman bawang merah Effects of varieties and nutrient managements on N uptake of shallots plantPerlakuan TreatmentsSerapan hara N tanaman N uptakes by plant mg/tanaman PlantDaun Leaf Akar+umbi Root+bulb TotalBima = a1 Mentes = a259,39 a44,90 a104,18 a55,71 b163,35 a101,62 b1 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b643,75 b62,13 a54,31 ab51,73 b49,36 b51,28 b73,38 tn94,6381,1282,9576,4774,13117,13 b156,77 a135,43 ab134,68 ab125,50 b125,40 bKK CV, % 15,58 20,41 13,90Angka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT Values at column followed the same letter are not signicant different at 5% DMRT 214J. Hort. Vol. 25 No. 3, September 2015 208-221mengandung hara N yang rendah, yaitu 0,15% Tabel 13 sehingga memerlukan penambahan pupuk N yang cukup banyak untuk merangsang pertumbuhan tanaman yang optimal. Untuk pertumbuhan tanaman yang optimal, sekurang-kurangnya tanah harus mengandung N-total sedang 0,30–0,50% N. Pada Tabel 6 tampak bahwa perlakuan pengelolaan hara tidak berpengaruh nyata terhadap serapan hara P tanaman bawang merah, baik pada daun, akar + umbi ataupun totalnya. Fosfor P adalah salah satu unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan hasil optimum He et al. 2004. P merupakan komponen enzim, protein, ATP, RNA, DNA, dan phityn, yang mempunyai fungsi penting dalam proses-proses fotosintesis, penggunaaan gula dan pati, serta transfer energi. Tidak ada unsur hara lain yang dapat menggantikan fungsi P di dalam tanaman sehingga tanaman harus mendapatkan P yang cukup untuk meningkatkan perkembangan akar dan kandungan karbohidrat tanaman yang akhirnya meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman Singh et al. 2000. Desiensi P menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman lambat, lemah, dan kerdil. Tidak adanya respons yang nyata dari pengelolaan hara NPK, pupuk organik, dan pupuk hayati terhadap serapa P tanaman bawang merah, diduga disebabkan tanah percobaan jenis Alluvial sudah mengandung hara P-tersedia cukup tinggi, yaitu 83,4 ppm P2O5 Tabel 13.Tabel 7 menunjukkan bahwa pengelolaan hara NPK, POC, dan Mikrob berguna tidak berpengaruh terhadap serapan hara K pada daun tanaman bawang Tabel 6. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap serapan hara P tanaman bawang merah Effects of varieties and nutrient managements on P uptake of shallots plantPerlakuan TreatmentsSerapan hara P tanaman P uptakes by plant, mg/tanaman plantDaun Leaf Akar+umbi Root+bulb TotalBima = a1 Mentes = a26,71 tn5,2911,79 a6,72 b18,50 a12,01 b1 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b64,92 tn6,856,375,835,986,088,18 tn10,389,509,379,258,7813,10 tn17,2315,9215,2015,2314,87KK CV, % 15,98 20,19 13,99tn = tidak nyata not signicantAngka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada P=0,05 DMRT Values at column followed the same letter are not signicant different at P= DMRTmerah. Ketersediaan K dalam tanah jarang yang mencukupi untuk mendukung proses-proses penting seperti transportasi gula dari daun ke umbi, aktivitas enzim, sintesis protein, dan pembesaran sel, yang pada akhirnya akan menentukan hasil dan kualitas hasil William & Kafka 1998. Penyerapan K oleh tanaman dari larutan tanah bergantung pada beberapa faktor, antara lain tekstur tanah, kelembaban dan temperatur tanah, pH dan aerasi tanah Mengel & Kirkby 1980. Pada tanah Alluvial tempat percobaan ini tampaknya walaupun kandungan K tanah sudah cukup tinggi Tabel 13 namun penambahan pupuk NPK Mutiara, pupuk organik, dan pupuk hayati masih menunjukkan peran dalam meningkatkan serapan hara K pada bagian atas tanaman daun bawang UmbiTidak terjadi interaksi yang nyata antara varietas dan pengelolaan hara terhadap bobot umbi per tanaman dan hasil umbi bawang merah per plot. Pada Tabel 8 tampak bahwa varietas Bima menghasilkan bobot umbi segar saat panen dan bobot umbi kering 1 dan 2 minggu setelah panen per tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Mentes Tabel 8, dengan perbedaan yang nyata. Begitu pula hasil umbi segar dan hasil umbi kering per plot pada varietas Bima lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Mentes Tabel 9, dengan perbedaan yang nyata. Perbedaaan keragaan kedua varietas bawang merah Bima dan Mentes nyata berbeda dalam hal bobot kering tanaman, serapan hara N, P, dan K tanaman total, dimana varietas Bima memberikan respons tertinggi sehingga dapat menghasilkan produksi umbi lebih 215Suwandi et al. Efektivitas Pengelolaan Pupuk Organik, NPK, dan Pupuk Hayati ...tinggi dibandingkan dengan varietas Mentes Tabel 4, 5, 6, dan 7.Pengelolaan hara tidak nyata berbeda pengaruhnya terhadap hasil umbi segar dan umbi kering per tanaman Tabel 8. Pemberian 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik + pupuk hayati b3 menghasilkan bobot umbi segar per tanaman dan bobot umbi kering per tanaman paling tinggi, akan tetapi perlakuan tersebut tidak beda nyata dengan pemberian ½ dosis NPK rekomendasi + pupuk organik dengan/tanpa pupuk hayati b5 dan b6 Tabel 8. Hasil tersebut memberikan indikasi bahwa pemberian pupuk organik dengan/tanpa pupuk hayati dapat mengurangi penggunaan pupuk NPK sampai 50%, tetapi tetap perlu memperhatikan kondisi kesuburan lahan usaha Tabel 9 tampak bahwa hasil umbi segar per plot dipengaruhi oleh pengelolaan hara. Hasil umbi segar per plot paling tinggi diperoleh dengan Tabel 7. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap serapan hara K tanaman bawang merah Effects of varieties and nutrient managements on K uptake of shallots plantPerlakuan TreatmentsSerapan hara K tanaman K uptakes by plant, mg/tanaman plantDaun Leaf Akar+umbi Root+bulb TotalBima = a1 Mentes = a2 38,64 tn 31,0967,97 a39,08 b105,60 a70,18 b1 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b625,93 b34,05 a38,05 a34,35 a37,87 a38,95 a43,72 tn51,8856,3055,5658,1755,569,68 b85,93 ab94,35 a89,92 a96,03 a94,45 aKK CV, % 15,43 20,58 13,99tn = tidak nyata not signicantAngka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT Values at column followed the same letter are not signicant different at 5% DMRTTabel 8. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap bobot umbi bawang merah Effects of varieties and nutrient managements on bulb weight of shallotsPerlakuan TreatmentsBobot umbi segarFresh bulb weightg/tanaman plantBobot umbi kering Dry bulb weight g/tanaman plant1 minggu setelah panen Week after harvest2 minggu setelah panen Week after harvestBima = a1 Mentes = a287,78 a52,50 b48,61 a33,89 b41,45 a27,10 b1 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b669,17 tn69,1776,6771,6763,3370,8340,83 tn41,6742,5041,6740,0040,8333,42 tn33,6536,7034,4833,8033,88KK CV, % 13,70 12,25 10,39tn = tidak nyata not signicantAngka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT Values at column followed the same letter are not signicant different at 5% DMRT 216J. Hort. Vol. 25 No. 3, September 2015 208-221pemberian 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik + pupuk hayati b3, yaitu sebesar 20,17 kg/5 m2. Analisis lebih lanjut menunjukkan tidak ada perbedaan hasil umbi kering per plot yang nyata dipengaruhi perlakuan pengelolaan hara. Hal tersebut diduga akibat rataan jumlah hara yang diberikan sampai dengan ½ dosis telah cukup memadai, karena status kesuburan dari lahan, khususnya ketersediaan P dan K sebagai untuk unsur hara utama sudah tergolong cukup lihat Tabel 13. Hasil bobot umbi kering tertinggi diperoleh dengan pemberian ½ dosis NPK rekomendasi + pupuk organik b5, yaitu sebesar 9,86 kg/5 m2. Data hasil ini juga memperkuat hasil-hasil penelitian sebelumnya, bahwa pengurangan dosis pupuk NPK sampai ½ dosis dan penambahan pupuk organik dapat mengurangi susut bobot umbi bawang merah Tabel 10.Susut bobot umbi 1MST varietas Bima lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Mentes, namun 2 MST Tabel 9. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap bobot umbi bawang merah Effects of varieties and nutrient managements on bulb yield of shallotsPerlakuan TreatmentsBobot umbi segarFresh bulb weightkg/plotBobot umbi kering Dry bulb weight, kg/plot1 minggu setelah panen Week after harvest2 minggu setelah panen Week after harvestBima = a1 Mentes = a222,39 a14,28 b12,71 a9,19 b10,87 a7,41 b1 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b617,17 b18,17 ab20,17 a18,67 ab18,00 ab17,83 b10,15 tn11,0011,2010,9111,7210,748,37 tn8,899,649,039,869,03KK CV, % 7,78 16,95 16,63tn = tidak nyata not signicantAngka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT Values at column followed the same letter are not signicant different at 5% DMRTTabel 10. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap susut bobot umbi bawang merah Effects of varieties and nutrient managements on bulb weight loss of shallotsPerlakuan TreatmentsSusut bobot umbi Loss of bulb weight, %1 minggu setelah panen Week after harvest2 minggu setelah panen Week after harvestBima = a1 Mentes = a242,89 a34,76 b51,68 tn47,94 1 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b639,83 tn38,2642,2540,8534,9236,8450,47 tn50,0652,0251,2046,5848,53KK CV, % 16,93 12,09tn = tidak nyata not signicantAngka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT Values at column followed the same letter are not signicant different at 5% DMRT 217Suwandi et al. Efektivitas Pengelolaan Pupuk Organik, NPK, dan Pupuk Hayati ...tidak terdapat perbedaan susut bobot umbi yang nyata antara kedua varietas tersebut. Meskipun pengaruh pengelolaan hara tidak berpengaruh nyata terhadap susut bobot umbi, akan tetapi terdapat kecenderungan bahwa pemberian pupuk NPK yang rendah b5 dan b6 dikombinasikan dengan pemberian pupuk organik mampu mengurangi susut bobot umbi bawang merah setelah dikeringkan Tabel 10. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa pemberian pupuk organik dapat meningkatkan kualitas bawang merah dan juga tingkat susut bobot umbi dalam proses penyimpanan Suwandi & Hilman 1992, Suwandi & Rosliani 2014.Pada Gambar 1 tampak bahwa varietas Bima dengan pemberian 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik b3 menghasilkan bobot umbi segar paling tinggi, yaitu sebesar 24,33 kg/5 m2 setara 29,20 t/ha, sedangkan hasil bobot umbi kering konsumsi pengeringan 1 minggu paling tinggi diperoleh varietas Bima dengan pemberian ½ dosis NPK rekomendasi + pupuk organik b5, yaitu 12,18 kg/5 m2 setara 14,62 t/ha dengan esiensi lahan sebesar 60% Gambar 2. Hal serupa juga terjadi pada bawang merah varietas Mentes, meskipun varietas ini masih memerlukan kajian lebih lanjut dengan kesesuaian lingkungan tumbuhnya. Serangan Hama dan Penyakit Populasi ulat bawang Spodoptera exigua Hubn. per rumpun dan tingkat serangan layu fusarium Fusarium oxysporum Hanz. pada umumnya rendah, baik pada perlakuan varietas ataupun perlakuan pengelolaan hara Tabel 11 dan 12. Tidak terjadi pengaruh yang nyata dari perlakuan varietas maupun pengelolaan hara dalam percobaan ini, karena upaya Tabel 11. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap populasi ulat Spodoptera exigua per tanaman Effects of varieties and nutrient managements on Spodoptera exigua Hubn. population per plantPerlakuan TreatmentsPopulasi Spodoptera/tan Spodoptera population/plant, MST WAP 2 4 6 8Bima = a1 Mentes = a20,90 tn1,640,71 tn0,771,22 tn1,270,59 tn0,561 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b61,13 tn1,221,281,271,581,150,62 tn0,720,770,830,720,801,10 tn1,201,671,381,181,450,47 tn0,700,530,480,680,60KK CV, % 39,32 28,46 17,71 41,45tn = tidak nyata not signicant02468101214b1 b2 b3 b4 b5 b6Hasil umbi kering Dry bulb yield kg/plotPengelolaan hara Nutrient managementsBimaMentesGambar 2. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap hasil umbi kering bawang merah konsumsi Effects of varieties and nutrient managements on dry weight of shallots bulbs0510152025b1 b2 b3 b4 b5 b6Hasil umbi segar Fresh bulb yield kg/plotPengelolaan hara Nutrient managementsBimaMentesGambar 1. Pengaruh perlakuan varietas dan pengelolaan hara terhadap hasil umbi segar bawang merah Effects of varieties and nutrient managements on fresh weight of shallots bulbsPengelolaan hara Nutrient management Pengelolaan hara Nutrient managementHasil umbi segar Fresh bulb yield, kg/plotHasil umbi segar Fresh bulb yield, kg/plot 218J. Hort. Vol. 25 No. 3, September 2015 208-221pengendalian terhadap serangan OPT dilakukan cukup intensif di umum, serangan OPT yang rendah terjadi pada penggunaan pupuk NPK yang rendah. Pemupukan nitrogen yang tinggi menyebabkan ketersediaan nitrogen yang ideal dan lemahnya jaringan daun tanaman sehingga spora cendawan pada awal pertumbuhan dapat menginfeksi tanaman dengan mudah dan dapat mengakibatkan kerusakan serius pada tanaman. Menurut Suryaningsih & Asandhi 1992 pemupukan berimbang dapat mengurangi serangan penyakit Alternaria porii, sedangkan pemupukan N yang tinggi dan bersifat asam mendorong perkembangan penyakit layu fusarium F. oxysporum.Sifat Kimia Tanah Percobaan Jenis AlluvialHasil analisis tanah setelah penelitian Tabel 13 menunjukkan bahwa terjadi penurunan pH tanah kecuali pada perlakuan a2b6, kandungan C-organik tanah mengalami sedikit peningkatan pada semua perlakuan varietas dan pengelolaan hara dibandingkan dengan kondisi tanah awal penelitian. Menurut Abdurachman et al. 1999 perombakan bahan organik yang cepat oleh suhu yang tinggi ditambah curah hujan juga tinggi menyebabkan cepat menurunnya kadar bahan organik tanah. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan bahan organik diperlukan dan tampaknya harus diberikan setiap kali penanaman sayuran agar kandungan C-organik tanah dan produktivitas lahan dapat penelitian kandungan hara P dan K tanah umumnya meningkat pada semua perlakuan varietas dan pengelolaan hara Tabel 13. Hal ini karena kelebihan hara yang berasal dari pupuk organik dengan/tanpa pupuk hayati yang tidak terserap tanaman akan tetap tinggal di dalam tanah Narkhede et al. 2011. Akan tetapi, kandungan N-total tanah umumnya berkurang pada semua perlakuan varietas dan pengelolaan hara Tabel 13. Hal ini dapat disebabkan hara N mudah hilang dari dalam tanah karena pencucian hara, penguapan, dan diserap tanaman. Hasil penelitian Park et al. 2009 menunjukkan bahwa dari hasil aplikasi pupuk mineral dan pupuk organik jangka panjang ternyata pupuk nitrogen nyata sangat penting untuk produksi sayuran, sedangkan pupuk P dapat dikurangi untuk mencegah terjadinya akumulasi P dalam hasil analisis tanah akhir percobaan dapat dikemukan bahwa pemberian pupuk organik, dan pengurangan pupuk NPK sampai 50% dosis rekomendasi, dapat mempertahankan hasil bawang merah dan kesuburan tanah Alluvial. Emisi Gas Rumah Kaca GRKEmisi gas rumah kaca yang diukur setelah perlakuan pemupukan pertama 10 HST, pemupukan kedua 30 HST dan setelah panen bawang umur 56 HST, menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara varietas dengan pelakuan pemupukan terhadap besaran emisi CO2 Gambar 3. Dari gambar tersebut tampak bahwa pada awal pertumbuhan tanaman tampak besaran emisi CO2 pada setiap petak perlakuan sudah cukup tinggi dari kondisi normal, yaitu sekitar 500 ppm kemudian meningkat setelah pemupukan kedua 30 HST dimana pertumbuhan tanaman semakin tinggi, selanjutnya berkurang sedikit pada pengamatan setelah panen. Di sini terlihat bahwa Tabel 12. Pengaruh varietas dan pengelolaan hara terhadap persentase kerusakan tanaman bawang merah oleh layu fusarium Effects of varieties and nutrient managements on percentage plant damages by Fusarium oxysporum Hanz.Perlakuan TreatmentsPersentase kerusakan Percentage plant damages, MST WAP2 4 6 8Bima = a1 Mentes = a20,12 tn0,000,07 tn1,190,67 tn0,530,83 tn1,761 NPK = b11 NPK + 100 kg NPK-M =b21 NPK + PO = b31 NPK + PO + PH = b4½ NPK + PO = b5½ NPK + PO + PH = b60,08 tn0,080,030,020,070,070,13 tn0,030,120,100,200,200,47 tn0,580,680,630,570,681,35 tn1,421,071,401,181,37KK CV, % 6,15 9,89 27,57 21,36tn = tidak nyata not signicant 219Suwandi et al. Efektivitas Pengelolaan Pupuk Organik, NPK, dan Pupuk Hayati ...Tabel 13. Sifat kimia tanah sebelum dan sesudah penelitian Chemical characteristics before and after experimentPerlakuanTreatments pH H2O pH KCl C-organic%N-total% C/N P2O5-OlsenppmK-MorganppmAwal Before experiment6,9 6,0 0,93 0,15 6 83,4 161,8Akhir After experimenta1b1a1b2a1b3a1b4a1b5a1b6a2b1a2b2a2b3a2b4a2b5a2b66,05,86,15,76,56,85,56,35,96,16,86,94,94,75,04,65,45,54,55,35,95,05,75,71,180,981,060,880,941,171,160,991,270,970,991,130,110,100,130,120,100,110,110,120,120,120,100,101110879101081081012129,9114,8102,2 80,2155,6 68,0147,7 99,1194,5 88,5106,9101,0162,7166,7230,2190,5166,7167,1174,6162,4234,7170,7178,6178,6emisi gas CO2 yang dikeluarkan dari tanah meningkat akibat adanya penambahan input pemupukan dan juga pertumbuhan/perkembangan tanaman semusim. Hal ini dapat dijelaskan karena praktek pemupukan bawang merah adalah diaplikasikan dengan ditaburkan pada tanah dan diikuti dengan penyiraman sehingga pupuk N yang larut selain masuk melalui pori tanah juga sebagian menguap karena panas dan ditambah dengan adanya proses respirasi dari tanaman. Aplikasi pupuk semacam itu dianggap esien karena tidak terdapat perbedaan nyata antara pemberian ditaburkan dengan dibenamkan pada tanah terhadap hasil produksi bawang merah Suwandi & Hilman 1992.Selanjutnya dari hasil analisis besaran uks CO2 tampak sekali bahwa pada fase pertumbuhan tanaman masih kecil dan tingkat penutupan kanopi rendah, besaran uks CO2 yang dihasilan cukup signikan tinggi dan menurun dengan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, termasuk meningkatnya penutupan kanopi tanaman yang diusahakan. Peran pupuk yang bersifat slow release dan juga penggunaan pupuk organik, serta dalam aspek terbatas perlakuan mikroorganisme efektif dapat menekan besaran uks CO2 yang dihasilkan Gambar 4. Perlakuan pupuk NPK majemuk dan pupuk organik seperti terlihat pada perlakuan B3 menghasil penurunan uks CO2 Emisi gas CO2ppm Fluks CO2mg/ha/hari Gambar 3. Besaran emisi gas CO2 pada setiap perlakuan varietas dan pengelolaan hara Magnitude of CO2 emission on shallots each treatment of varieties and nutrient managementsGambar 4. Besaran Fluks CO2 pada setiap perlakuan varietas dan pengelolaan hara Magnitude of CO2 Fluxs on shallots each treatment of varieties and nutrient managements0100200300400500600700A1 A2 B1 B2 B3 B4 B5 B610 hst 30 hst 56 hstEmisi gas CO2 ppm020406080100120140160180A1 A2 B1 B2 B3 B4 B5 B610 hst 30 hst 56 hst10 HST 30 HST 56 HST 10 HST 30 HST 56 HSTEmisi gas CO2 ppm Fluks CO2 mg/ha/hari 220J. Hort. Vol. 25 No. 3, September 2015 208-221nyata berukurang pada fase tanaman berumur 30 hari dan setelah panen dibandingkan dengan fase awal pertumbuhan tanaman. KESIMPULAN DAN SARANTidak terjadi interaksi antara varietas dan pengelolaan hara terhadap pertumbuhan tanaman, serapan hara NPK, dan hasil umbi bawang merah pada tanah Alluvial. Varietas bawang merah Bima menunjukkan pertumbuhan tanaman, serapan hara NPK, dan hasil umbi yang lebih tinggi dibandingkan varietas dosis NPK sampai 50% dengan pemberian pupuk organik/pupuk hayati tidak mengurangi pertumbuhan tanaman, serapan hara NPK, dan hasil umbi bawang merah. Hasil umbi segar per tanaman dan hasil umbi kering per tanaman paling tinggi diperoleh dengan pemberian 500 kg/ha pupuk NPK Phonska + 2,5 t/ha pupuk organik Petroganik+ 10 kg/ha pupuk hayati Biotricho, namun tidak beda nyata dengan pemberian 250 kg/ha NPK Phonska + 2,5 ton/ha pupuk organik Petroganik. Kombinasi varietas Bima dengan pemberian 500 kg/ha pupuk NPK Phonska + 2,5 t/ha pupuk organik Petroganik menghasilkan bobot umbi segar paling tinggi, yaitu sebesar 24,33 kg/5 m2 setara 29,20 t/ha, sedangkan hasil bobot umbi kering paling tinggi diperoleh varietas Bima dengan pemberian 250 kg/ha NPK Phonska + 2,5 pupuk organik Petroganik, yaitu 12,18 kg/5 m2 setara 14,62 t/ha dengan esiensi lahan sebesar 60%. Hasil penelitian meningkatkan produksi bawang merah sebesar 53,25% dari rerata produksi nasional, atau lebih dari 15%. Pemberian 500 kg/ha pupuk NPK Phonska + 2,5 t/ha pupuk organik dapat menghasilkan bobot umbi segar paling tinggi dan mampu menurunkan besaran uks CO2 semasa perkembangan tanaman bawang merah di lapangan. Kombinasi pupuk yang disarankan adalah 250 kg/ha NPK Phonska + 2,5 pupuk organik Petroganik karena menghasilkan bobot kering terbaik. Pengelolaan pupuk organik, NPK, dan pupuk hayati tidak nyata berpengaruh terhadap serangan hama Spodoptera exigua, Hubn, dan juga adanya serangan penyakit Fusarium oxysporum TERIMA KASIHDengan selesainya kegiatan penelitian ini, tim peneliti bawang merah menyampaikan ucapan terima kasih kepada Sdr. Wasri Suherli dan Sdr. Ade Dahlan selaku teknisi dalam penelitian ini, serta Sdr. Maman Aris Martono sebagai petugas POPTPH Kabupaten Cirebon yang telah membantu dalam pengawasan, pengamatan, dan pemeliharaan tanaman di lapangan. DAFTAR PUSTAKA1. Abdissa, Y, Tekallign, T & Pant, LM 2011, Growth, bulb yield, and quality of onion Allium cepa L. as inuenced by nitrogen and phosphorus fertilization on vertisol. I. growth attributes, biomass production and bulb yield’, Afr. J. Agric. Res., vol. 6, no. 14, pp. Abdurachman, A, Juarsah, I & Kurnia, U 1999, Pengaruh penggunaan berbagai jenis dan takaran pupuk kandang terhadap produktivitas tanah Ultisol terdegradasi di Desa Batur, Jambi’, Pros. Seminar Nasional Sumber Daya Tanah, Iklim, dan Pupuk, Puslit Tanah dan Agroklimat, Bogor 6-8 Desember 1999, hlm. Asandhi, AA, Nurtika, N & Sumarni, N 2005, Optimasi pupuk dalam usahatani LEISA bawang merah di dataran rendah’, J. Hort., vol. 15, no. 3, hlm. Ghaffor, AM, Jilani, MS, Khaliq, G & Wassem, K 2003, Effect of different NPK levels on the growth and yield of three onion Allium cepa L. varieties’, Asian, J. of Plant Sciences, vol. 2, no. 3, pp. Ghoname, A & Shafeek, MR 2005, Growth and productivity of sweet pepper Capsicum annuum L. grown in plastic house as affected by organic, mineral and bio-N fertilizers’, Journal of Agronomy, vol. 4, no. 4, pp. Gunadi, N 2009, Kalium sulfat dan kalium klorida sebagai sumber pupuk kalium pada tanaman bawang merah’, J. Hort., vol. 17, no. 1, hlm. He, ZT, Grifn, S & Honey Cut, W 2004, Evaluation of soil phosphorus transformation by sequential, fractionation, and phosphorus hydrolysis’, Soil Science, vol. 169, pp. Leithold, G 1996, The special qualities of humus and nitrogen budget in organic farming’, New Research in Organic Agriculture 11th International Scientic IFOAM Conference, Proceedings, vol. 2, Liferdi 2013, Pengembangan teknologi ramah lingkungan pada budidaya cabai dan bawang merah di Jawa Tengah, Laporan Akhir On Top, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Malgorzata, B & Georgios, K 2008, Physiological response and yield of pepper plant Capsicum annuum L. to organic fertilization’, J. Central European of Agriculture, vol. 9, no. 4, pp. Mengel, K & Kirkby, E 1980, Potassium in crop production’, Adv. Agron., vol. 33, pp. Murbandono, HS 1998, Membuat Kompos, Penebar Swadaya, Napitupulu, D & Winarto, L 2010, Pengaruh pemberian pupuk N dan K terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah’, J. Hort., vol. 20, no. 1, hlm. Narkhede, SD, Attarde, SB & Ingle, ST 2011,’Study on effect of chemical fertilizer and vermicompost on growth of chili pepper plant Capsicum annuum L.’, Journal of Applied Sciences in Environmental Sanitation, vol. 6, no. 3, pp. 327-32. 221Suwandi et al. Efektivitas Pengelolaan Pupuk Organik, NPK, dan Pupuk Hayati ...15. Nasreen, S, Haque, MM, Hosain, MA & Farid, ATM 2007, Nutrient uptake and yield of onion as inuenced by nitrogen and sulphur fertilization, Bangladesh’, J. Agril. Res., vol. 32, no. 3, pp. Nurhayati, H, Nyapa, MY, Lubis, AM, Nugroho, SG, Diha, MA, Go Ban Hong & Bailey, HH 1986, Dasar-dasar ilmu tanah, Penerbit Universitas Lampung, pp. Park, J, InBog, L, Yunlun, K & Kisung, H 2009, Effect of mineral and organic fertilization on yield of hot pepper and changes in chemical properties of upland soil’, Korean Journal of Horticultural Science & Technology, vol. 27, no. 1, pp. Pusdatin 2012, Statistika pertanian 2012 agricultural statistics, Kementerian Pertanian, Reijntjes, C, Haverkort, B & Water-Bayer, A 1999, Pertanian masa depan, pengantar untuk pertanian berkelanjutan dengan input luar rendah, ILEIA, Penerbit Reyes, I, Alvarez, L, El-Ayoubi & Valery, A 2008, Selection and evaluation of growth promoting rhizobacteria on pepper and maize’, Bioagro, vol. 20, no. 1, Rosliani, R, Hidayat, A & Asandhi, AA 2004, Respons pertumbuhan cabai dan selada terhadap pemberian pukan kuda dan pupuk hayati’, J. Hort., vol. 14, no. 4, hlm. Santosa, Prihatini, ET, Kabar, P & Komariah, S 1999, Peranan berbagai bahan sisa panen dan inokulan mikroba pada serapan hara, hasil padi dan sifat kimia tanah’, Pros. Seminar Nasional Sumber Daya Tanah, Iklim dan Pupuk, Bogor, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklima, 6-8 Desember 1999. 23. Singh, JV, Kumar, A & Singh, C 2000, Influence of phosphorus on growth and yield of onion Allium cepa L., Indian’, J. vol. 34, no. 1, pp. Subhan, Hidayat, A & Gunadi, N 1998, Penggunaan pupuk nitrogen dan pupuk kandang ayam pada tanaman cabai di lahan kering’, J. Hort., vol. 8, no. 3, pp. Subhan, Sutarya, R & Fachtullah, D 2012, Optimalisasi penggunaan pupuk majemuk sintetis dengan Trichoderma sp. pada jenis tanah latosol untuk tanaman bawang merah, Laporan Penelitian, Balitsa, Subowo, Subagja, J & Sudjadi, M 1990, Pengaruh bahan organik terhadap pencucian hara tanah Ultisol Rangkasbitung Jawa Barat’, Pemberitaan Penel. Tanah dan Pupuk, vol. 9, hlm. 26-31. 27. Sukristiyonubowo, Mulyadi, Wigena, P & Kasno, A 1999, Pengaruh penambahan bahan organik, kapur dan pupuk NPK terhadap sifat kimia tanah dan hasil kacang tanah’, Pemberitaan Penel. Tanah dan Pupuk, no. 11, hlm. Suliasih, Widawati, S & Muharam, A. 2010, Aplikasi pupuk organik dan bakteri pelarut fosfat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat dan aktivitas mikroba tanah’, J. Hort., vol. 20, no. 2, hlm. Sumiati, E & Gunawan, OS 2007, Aplikasi pupuk hayati mikoriza untuk meningkatkan serapan unsur hara NPK serta pengaruhnya terhadap hasil dan kualitas hasil bawang merah’, J. Hort., vol. 17, no. 1, hlm. Suryaningsih, E & Ashandi, AA 1992, Pengaruh pemupukan sistem petani dan sistem pemupukan berimbang terhadap intensitas serangan penyakit cendawan pada bawang merah Allium ascalonicum L. varietas Bima’, Bul. Penel. Hort., vol. 24, no. 2, hlm. 19-2631. Suwandi & Hilman, Y 1992, Penggunaan pupuk nitrogen dan triple super phosphate pada bawang merah’, Bul. Penel. Hort., vol. 22, no. 4, hlm. Suwandi & Rosliani, R 2004, Pengaruh kompos, pupuk nitrogen dan kalium pada cabai yang ditumpanggilir dengan bawang merah’, J. Hort., vol. 14, no. 1, hlm. Suwandi, Sumarni, N, Firmansyah, I &Sutarya, R 2012, Teknologi LEISA dalam pengelolaan pupuk in-organik untuk mengurangi emisi gas rumah kaca 50% pada usahatani tanaman pangan/hortikultura dan efektif meningkatkan produktivitas tanaman Suwandi et al., 2015. ...Yuli AtaribabaPetrus Selestinus PetenCarolina Diana MualTanaman sawi hijau Brassica juncea L. merupakan salah satu komoditas hortikultura sayuran daun yang banyak digemari oleh masyarakat karena rasanya enak, mudah didapat, dan budidayanya juga tidak terlalu sulit. Produksi sawi dapat ditingkatkan melalui budidaya yang baik, yaitu pemeliharaan dan pemupukan yang tepat. Pemupukan dengan menggunakan pupuk hayati sangat baik untuk pertumbuhan sawi dengan kualitas yang baik dan dapat meningkatkan produksi sawi caisim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk hayati di Kampung Andai Distrik Manokwari Timur Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat dan efektivitas penyuluhan serta pengaruh faktor karakteristik petani terhadap perubahan pengetahuan petani di Kampung Sidomulyo, Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat. Metode kajian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok RAK, dengan menggunakan 3 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuan diuji pada tanaman sawi, variabel yang diukur meliputi luas daun, jumlah daun, tinggi tanaman dan berat segar tanaman. Pelaksanaan penyuluhan diikuti oleh 20 responden dengan materi penyuluhan tentang penggunaan pupuk organik hayati menggunakan metode ceramah, diskusi dan demonstrasi cara. Jumlah skor pada tes awal sebesar 790 point, dengan rata-rata 39,50 point berada pada kriteria cukup. Jumlah skor pada tes akhir sebesar point, dengan rata-rata 55,50 point berada pada kriteria sangat baik. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Perlakuan pupuk organik hayati dengan dosis 50 cc/10 liter berpengaruh terhadap luas daun, jumlah daun, tinggi tanaman dan berat bersih tanaman sawi Brassica juncea L. bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan pupuk urea. Faktor umur, Tingkat pendidikan dan lama bertani secara bersama-sama simultan berpengaruh terhadap perubahan pengetahuan petani dan sasaran penyuluhan namun secara persial tingkat pendididikan dan lama bertani benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan petani sasaran penyuluhan.... Meanwhile, the microorganism/micro-fauna and its constituent ingredients were the formulae of biological fertilizer [3]. The bio-fertilizer that consist of microorganism which can multiply and actively boost the plant's growth could escalate both the plant's quantity and quality [4,5] plays to secure land environment through Nitrogen N's fixation on which land is rich of micro and macronutrients, the mineralize Phosphate P and Kalium K, the extraction of plant's growth regulator [6], and also can reduce the use of NPK fertilizer [7][8][9] reported that bio-fertilizer could give positive impact to various spices and herb such as pepper, clove, ginger, artemisia, coriander, vanilla, fennel which is indicated by an increase in plant's growth parameters height, number, and area of leaves, roots, as well as secondary metabolite compounds produced. ... Hayatiningsih GubaliN AbdullahFarmers tend to use chemical fertilizer to boost their water spinach production. Consumers’ demand for high quality and the chemical-free product should be considered in using less chemical fertilizer. A possible solution is using a safe and eco-friendly bio-organic fertilizer. In general, this study purposes of supporting food security, which can provide food with the best quality and safe to consume by people and not harm the environment. Moreover, this study aims to acknowledge the effectivity of bio-organic fertilizers Petrobio, Marolis, and Fertismart toward the plant’s growth and production of water spinach. This study used the factorial plan in RAL, which consists of 2 factors. First, the bio-organic fertilizer that has 3 stages Petrobio, Marolis, and Fertismar. Second, the use of NPK fertilizer without NPK, 50% used, and 25% used for each trial should pass three times examination. The result shows that using bio-organic fertilizer can affect the plant’s growth and productions, with the evidence of the plant’s height, number of leaves, and plant’s net-masses. Bio-organic could decrease the application of chemical fertilizer; by contrast, it can’t substitute NPK to boost the water spinach production. The best result was from the fertilized plant using Marolis alongside with Euro AndrianAnni Yuniarti Rina DevnitaSweet corn is one of the profitable crops with high prospect in Indonesia. Unfornately corn production in Indonesia remained low. This experiment aimed to determine the effect of biofertilizer application along with N, P and K fertilizer Towards phosphor availability, phosphor uptake, and sweet corn yield. The research was conducted at the experimental field of Soil Chemistry and Plant Nutrition, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran, Jatinangor from October 2020 until January 2021. The experiment design was Randomized Block Design RBD with nine treatments consisted of one control treatment, one N, P and K fertilizer treatment 300 kg/ha Urea, 150 kg/ha SP-36, dan 50 kg KCl, one N, P, and K ¾ + ¾ recommended biofertilizer dose , one dose of N, P, and K ¾ + one recommended biofertilizer dose, one N, P, and ¾ K dose + 1½ recommended biofertilizer dose , one dose of N, P, and one dose of K + ½ recommended biofertilizer dose, one N, P, and one K dose + ¾ recommended biofertilizer dose, one N, P, and one K dose + 1 recommended biofertilizer dose, and one N, P, and one K dose + 1½ recommended biofertilizer dose. The experimental results showed that combination treatments N, P and K fertilizer with biofertilizer has a significant impact on phosphor availability, phosphor uptake, and sweet corn yield. The ¾ N, P and K with one recommended biofertilizer dose, treatment showed the best result on phosphor availability 17,23 ppm, phosphor uptake 0,087 mg/plant, and yield of sweet corn 474,97 g/ Galuh PramantariSaiful BahriPriyono PriyonoPenelitian ini berjudul Pengaruh Dosis Pupuk NPK Dan Seresah Daun Bawang Merah Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah Allium ascalonicum L., penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dosis pupuk NPK dan seresah daun bawang merah terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah, yang dilaksanakan mulai bulan Juli - September 2021. Penelitian dilakukan di Polo, Kenteng, Nogosari, Boyolali dengan ketinggian tempat 152 mdpl. Jenis tanah yang digunakan adalah tanah regosol. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok Lengkap RAKL yang disusun secara faktorial yang terdiri dari 9 perlakuan yang masing – masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk NPK dan seresah daun bawang merah. Data hasil penelitian ini dianalisis dengan uji LSD Least Significant Difference pada taraf 5 % . Parameter – parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, berat brangkasan basah, berat brangkasan kering, jumlah umbi per rumpun, bobot umbi basah per rumpun, bobot umbi kering per rumpun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 Pada fase pertumbuhan tanaman, dosis pupuk NPK dan seresah daun bawang merah memberikan pengaruh pada tinggi tanaman dan jumlah daun. Dosis pupuk NPK 1,2 g/tanaman dan seresah daun bawang merah 100 g/tanaman D2K2, pada tinggi tanaman memberikan hasil terbaik yaitu 43,33 cm dan jumlah daun terbanyak yaitu 47,00 helai. Sedangkan pada berat brangkasan basah dan berat brangkasan kering sedikit mempengaruhi kecenderungan yang memberikan hasil berbeda. Pada berat brangkasan basah dosis pupuk NPK 1,2 g/tanaman dan seresah daun bawang merah 100 g/tanaman D2K2 dengan hasil tertinggi yaitu 14,67 gram dan berat brangkasan kering dosis pupuk NPK 1,6 g/tanaman dan seresah daun bawang merah 150 g/tanaman D3K3 dengan rata-rata tertinggi yaitu 4,00 gram. 2 Pada hasil panen, dosis pupuk NPK 0,8 g/tanaman dan seresah daun bawang merah 150 g/tanaman D1K3 memberikan hasil terbaik pada jumlah umbi yaitu 13,33 buah, berat umbi basah tertinggi yaitu 39 gram, dan berat umbi kering tertinggi yaitu 29,33 gram. Berat umbi total per hektar yaitu 3,3325 ton. Kata kunci NPK, Seresah Daun Bawang Merah, Pertumbuhan, Hasil, Bawang MerahNi Made Delly ResianiI Wayan SunanjayaI Made Rai YasaPests and diseases are one of the obstacles in increasing production and productivity of shallots. The study was conducted in Subak Rejasa Klod, Rejasa Village, Penebel District, Tabanan Regency - Bali Province. Research was conducted in June-November 2019, using a split plot randomized block design. The main plot is shallot varieties V and the subplot of the technical culture innovation P. The main plot V consists of 2 treatment shallots namely Bali Karet V1 and Lokal Tabanan V2 and the plot consisting of 3 treatment of technical culture namely existing P1; improvement P2; and introduction P3. Data on growth components and crop yields are analyzed using diversity analysis and continued with the DMRT test. Analysis of farming businesses was analyzed using B/C ratio and MBCR analysis. The results showed that Spodopthera exigua and Altenaria porri at V1 are lower than V2. The highest dry weight per hectare was obtained in the Bali Karet V1 of 20,89 tons/ha. Introduction technology P3 is the best innovation of dry weight-weight producing per hectare on irrigation land.. The value of B/C ratio and MBCR is and for introduction technology. It was concluded that introduction technology was effective as innovation of pest controllers and main diseases and were able to improve the yield of the Bali Karet variety on irrigation Wahid RaufM. Basir NappuShallot is one of the agricultural commodities whose production needs to be increased in the national food security program framework. One effort to increase yield is by conducting cultivation techniques including, fertilization. The study was objective at determining the dose of complementary liquid fertilizers LCF and interval application time and their interactions to increase the growth and yield of shallots. The study was conducted in Lampoko Village, Barebbo District, Bone Regency, in April-June 2018. The experiment used a factorial randomized block design with two factors. The first factor was the CLF dose at three levels 1,0, 2,0, and 3,0 ml L ⁻¹ and the second factor was an interval of application time at three levels every 5,7, and 9 days. The results showed that the treatment of CLF dose significantly affected plant height and number of leaves. The treatment of the interval of application time significantly involves the number of bulbs, bulbs’ diameter, fresh bulbs weight, and dry bulbs weight. In general, the best growth and production of shallots were obtained in the treatment of LCF with a dose of 2,0 ml L ⁻¹ at an interval of 5 days for once NurdianaSiti Syarah MaesyarohMimin KarmilahPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh berbagai dosis dan konsentrasi pupuk kascing dan POC kascing terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah. Percobaan dilaksanakan di Kampung Andir, Desa Sukalaksana, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut. Ketinggian tempat 480 meter di atas permukaan laut, tekstur tanah di lokasi percobaan adalah lempung berdebu dan pH 5,78. Penelitian ini menggunakan varietas Tuk-Tuk. Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan berdasarkan pada rancangan acak kelompok RAK tunggal, terdiri atas enam perlakuan dan empat ulangan yaitu P1 POC 5cc/liter, P2 = pupuk 1000 g/m2, P3 = pupuk 200 g/ m2 + POC 4cc/liter, P4 = pupuk 400 g/m² + POC 3 cc/liter, P5 = pupuk 600 g/m² + POC 2 cc/liter P6 = pupuk 800g/m² + POC 1 cc/liter. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pupuk organik cair kascing 5cc/liter serta kombinasi pupuk kascing dan pupuk organik cair kascing memberikan pengaruh lebihbaik terhadap tinggi tanmaan, jumlah daun dan bobot basah umbi per plot di bandingkan pemberian pupuk kascing 1000 g/ Aisyawati Eny wahyuning PurwantiThe use of inorganic fertilizers combined organic fertilizer is commonly applied by farmers to increase shallot production. Research was conducted to determine the proper dosage of organic fertilizer which can reduce the use of inorganic fertilizer. The research was conducted at Tawangargo Village, Karangploso district, Malang. The fertilizers were organic fertilizers, enriched with N-fixing bacteria and P solvent bacteria. The research used RCBD where the treatments were combinations of organic and inorganic fertilizers. The dose of organic fertilizer enriched functional microbes was set at 2 t/ha, while the dose for inorganic fertilizer is a combination of 600 kg/ha NPK+200 kg/ha SP36+400 ZA+100 kg/ha ZK. As comparison, farmers applied organic fertilizer from cow manure and without fertilization as control. The results showed that standard dose 100% inorganic fertilizer 1,300 kg/ha + 100% standard dose 2,000 kg/ha microbial-enriched organic fertilizer increased RAE 2% that produced t/ha dry shallots in comparison with the farmer control. By dose of 2 t/ha of organic fertilizer enriched with functional microbes, the results will be equivalent to local organic fertilizer of 10,000 kg/ha and it is more effective than local organic fertilizers from cow SuwandiRahmat Sutarya Wiwin Setiawatip>Penggunaan mikrob efektif sebagai komponen habitat alam mempunyai peran dan fungsi penting mendukung keberhasilan usahatani ramah lingkungan, melalui proses seperti dekomposisi dan mineralisasi senyawa organik, fiksasi hara, pelarut hara, dan nitrifikasi hara tanaman. Penelitian bertujuan untuk mengeksplorasi dan mengisolasi sumber daya hayati lokal berupa cendawan berguna sebagai pupuk hayati pelarut fosfat untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman sayuran. Eksplorasi dilaksanakan di daerah sentra produksi sayuran dataran tinggi dan dataran rendah mulai Bulan Juli sampai dengan Desember 2011. Metode pengambilan contoh tanah dilakukan secara komposit pada areal pertanaman sayuran dengan kondisi pertanaman sehat, kemudian cendawan berguna dari contoh tanah diisolasi dan diseleksi di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Jenis cendawan yang diidentifikasi pada media tumbuh ialah Aspergillus dan Penicillium, sedangkan pengujian efektivitasnya dilakukan pada pertanaman di rumah sere. Dari hasil eksplorasi ditemukan spesies cendawan potensial yang berguna sebagai pelarut fosfat sebanyak 20 isolat dari spesies Aspergillus spp. dan tiga isolat spesies Penicillium spp.. Adapun 12 isolat lainnya tergolong spesies cendawan Trichoderma sp. yang tidak termasuk mikrob pelarut fosfat. Beberapa spesies cendawan teridentifikasi sebagai pelarut fosfat mempunyai indeks melarutkan fosfat IMP yang cukup tinggi, yaitu isolat Kb-3-lg-as-1, Bm14-mj-pe-1, dan Cb9-gt-as-3 dengan nilai IMP > 2,50. Hasil uji efektivitas spesies cendawan Aspergillus spp. dan Penicillium spp. memberikan pengaruh/rangsangan positif terhadap pertumbuhan tanaman tomat, kubis, dan beet.

pupuk phonska untuk bawang merah